Resensi Film: Let Me In

 Malas pembukaan, langsung aja lah yaaa :v

Let Me In


Identitas Film

Judul: Let Me In

Genre: Drama/Horor

Durasi: 1 jam 55 menit

Tahun Rilis: 2010

Sutradara: Matt Reeves

Produser: Donna Gigliotti, Alex Brunner, Simon Oakes, Tobin Armbrust, John Nordling, Carl Molinder, Nigel Sinclair

Sinematografi: Greig Fraser

Musik: Michael Giacchino

Distributor: Overture Films, Relativity Media (US), Paramount Pictures, Icon Film Distribution (UK)

Pemain: Chloē Grace Moretz, Kodi Smit-McPhee, Richard Jenkins, Elias Koteas, Dylan Minnette

Bahasa: Bahasa Inggris

Anggaran: $20 juta

Sinopsis

Film Let Me In merupakan sebuah film yang berdasarkan pada sebuah novel Swedia yang berjudul Let the Right One In oleh John Ajvide Lindqvist. Film ini menceritakan tentang seorang anak 12 tahun bernama Owen (Kodi Smit-McPhee). Dia suka bermain sendirian dan di sekolah, dia menjadi objek perundungan oleh anak-anak lainnya yaitu Kenny (Dylan Minnette) dan dua temannya. Suatu hari, dia melihat seorang gadis perempuan (Chloē Grace Moretz) yang baru pindah bersama ayahnya (Richard Jenkins) di sebelah apartemen Owen. Gadis itu tampak aneh, dia bertelanjang kaki di hari yang bersalju dan terkadang Owen mendengar suara pertengkaran dari apartemen gadis itu. Tak dapat dipungkiri, Owen penasaran dengan gadis itu sampai suatu ketika, pada malam hari yang dingin bersalju, mereka bertemu di halaman apartemen. Mereka berbicara satu sama lain dan berkenalan. Nama gadis itu adalah Abby, dia ternyata juga berusia 12 tahun seperti Owen.

Mereka menjadi teman dekat dan sering berkomunikasi dengan sandi morse melalui dinding apartemen mereka. Abby juga menyemangati Owen untuk selalu melawan jika menjadi objek perundungan anak-anak di sekolahnya. Namun, satu per satu keanehan mulai tampak pada diri Abby. Dia sering menghilang tiba-tiba, tidak pernah menemui Owen pada siang hari, dan tidak bisa memakan makanan manusia. Lalu suatu saat, ketika Owen menggores telapak tangannya untuk membuat janji persahabatan dan tangannya mulai mengeluarkan darah, Abby menjadi sesuatu yang lain. Dia menjadi makhluk menyeramkan yang memakan darah. Tetapi Owen tidak terganggu dengan kenyataan itu karena Abby adalah satu-satunya temannya dan dia percaya Abby tidak akan menyakitinya.

Ulasan

Film Let Me In ini sangat bagus dengan penggambarannya yang melalui alur cerita campuran. Bagian awal film menceritakan tentang ditemukannya seorang pembunuh yang tidak dapat diidentifikasi karena wajahnya telah hancur. Pada bagian awal ini, sensasi menegangkan sangat terasa karena sirine ambulans yang menderu, dan suara-suara khas keadaan darurat lainnya. Selain itu, seseorang yang terbaring di dalam ambulans juga menambah suasana ketegangan karena tidak ditampakkan apa yang sebenarnya terjadi padanya. Ketegangan mulai bertambah ketika pembunuh itu telah berada di rumah sakit untuk mendapatkan penanganan, dia itu malah ditemukan melompat dari jendela kamar rawatnya.

Film ini dengan sangat rapi mengungkap sedikit demi sedikit misteri yang menyelubungi bagian awalnya dengan memulai kilas balik yaitu pada dua minggu sebelum peristiwa ditemukannya pembunuh itu. Pria itu ternyata adalah ayah Abby. Dia membunuh untuk mengambil darah korbannya dan diberikan kepada Abby. Namun, belakangan diketahui ternyata dia bukan merupakan ayah Abby karena Abby sebenarnya bukan manusia dan selamanya berusia 12 tahun. Mereka bertemu ketika masih muda, tetapi Abby tidak bertambah usianya, sehingga pria itu tampak seperti ayah Abby.

Meskipun bergenre horor, film ini tidak menakut-nakuti penonton dengan jumpscare di mana-mana. Alur ceritanya yang bagus dan unsur dramatik semakin menambah nilai film ini. Selain itu, sinematografi dalam film ini dibuat dengan hati-hati dan seimbang, dari segi musik latar, rangkaian adegan, serta pemilihan aktor.

Simpulan

Amanat yang dapat diambil dari film ini adalah jangan mau ditindas dan bertemanlah dengan siapa saja. Karena banyak adegan yang menampilkan darah, film ini kurang pantas apabila ditonton oleh anak di bawah umur dan orang yang takut darah. Namun, meskipun bergenre horor, jangan khawatir karena film ini tidak terlalu membuat ngeri, justru unsur dramatik yang dipadukan di dalamnya sangat mengesankan.

Makasih dah baca (kalau kamu baca).

Makasih dah diklik (kalau kamu gak baca).

Komentar