TEMANKU
Aku berjalan melintasi jalan setapak yang menuju ke jalan raya, setelah
tadi aku menunaikan tugas yang harus kuselesaikan malam ini juga. Aku berjalan
sedikit cepat sambil merapatkan mantelku yang sedikit basah-entah karena
apa-sedangkan tangan kiriku menjinjing sekop yang cukup berat.
“Malam ini dingin sekali, bukankah ini masih awal musim gugur?”
bisikku. Tetapi malam semakin menakutan saja karena hanya ada gesekan daun-daun
yang menjawab bisikanku tadi. Aku melihat lampu yang sangat banyak, berkelip-kelip
di ujung jalan sana. Kuduga, aku sudah hampir sampai ke jalan raya.
Setelah berjalan lima menit, cahaya itu mulai tampak sebagai kuda-kuda
besi yang berlalu-lalang. Aku menyeberang jalan dan berbelok ke arah kanan, tak
kuhiraukan kedai kopi yang menggiurkan di pinggir jalan karena aku ingin segera
sampai di apartemenku dan membaringkan tubuh di kasurnya.
Namun, kulihat di seberang jalan sana ada orang yang bergerombol entah
memperhatikan apa dan itu membuatku penasaran. Aku menyeberangi jalan lagi, lalu
berusaha menembus kerumunan itu.
“Permisi, tolong permisi,” kataku sambil berusaha mencapai pusat
kerumunan.
Setelah aku melihat apa yang menjadi pusat kerumunan, aku tertegun. Itu
adalah temanku yang akhir-akhir ini menginap di apartemenku. Keadaannya mengenaskan,
matanya yang sebelah kiri hilang entah ke mana dan lebih banyak luka tusukan di
dadanya. Dan, Ya Tuhan, kurasa jantungnya telah hilang dari tempatnya berada.
Banyak sekali luka di perutnya karena darah terus saja mengalir dari sana.
Aku tidak percaya ini, bukankah tadi dia sudah kutanam dalam-dalam di
tanah? Aku tidak pernah mengambil mata kirinya apalagi merenggut jantungnya.
Lalu, siapa yang melakukannya?
TAMAT
Dari cerita itu, kita bisa mengambil pelajaran kalau di pinggir jalan ada kerumunan ramai sebaiknya jangan didekati dan langsung pulang saja. Lalu yang terpenting adalah kalau kamu mau menanam, sebaiknya menanam bunga saja atau pohon, itu lebih bermanfaat daripada menanam orang. Hehe
Terima kasih sudah membaca (:
Komentar
Posting Komentar